Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada Kamis (8/5/2023) membongkar 2 faktor yang menyebabkan turunnya elektabilitas Anies Baswedan dalam berbagai survei selama 6 bulan terakhir.
Faktor pertama adalah persepsi publik tentang ideologi politik Anies, bakal calon presiden yang diusung Partai Demokrat, Nasdem dan PKS. Kedua, faktor jangka pendek, adalah terus meningkatnya kepuasan publik atas kerja Presiden Jokowi di 2023.
Dalam studi SMRC terhadap persepsi pemilih itu ditemukan bahwa publik menilai Anies lebih condong pada ideologi Islam. Sementara pemilih sendiri menilai diri mereka lebih dekat ke ideologi Pancasila.
Pemilih juga punya persepsi bahwa Prabowo Subianto yang didukung Gerindra dan Ganjar Pranowo dari PDIP lebih dekat dengan ideologi publik, yakni Pancasila ketimbang Anies.
Baca Juga:Elektabilitas Anies Merosot, SMRC: Ideologi Anies Islam, Pemilih Pancasila
"Jika melihat data ini, posisi ideologis Ganjar dan Prabowo lebih dekat dengan pemilih," kata Saiful Mujani, pendiri dan pimpinan SMRC, dalam video paparan hasil studi di kanal Youtube SMRC TV.
Dalam studi itu SMRC meminta responden menilai kecendrungan ideologi tiga bakal capres - Anies, Prabowo dan Ganjar - menggunakan skala 1-10. Semakin tinggi skor seorang capres, maka semakin dekat dia dengan ideologi Islam dalam persepsi pemilih. Semakin rendah, maka semakin dekat dengan ideologi Pancasila.
Para responden juga diminta untuk menilai ideologi diri mereka sendiri menggunakan skala yang sama.
Hasilnya ditemukan bahwa mayoritas pemilih menilai diri mereka lebih dekat pada ideologi Pancasila. Skor yang ditemukan adalah 4,5.
Sementara itu Anies, dalam persepsi pemilih, dinilai memiliki ideologi Islam, dengan skor 5,41, Sebagai pembanding, pemilih menilai Prabowo memiliki skor 4,61 dan Ganjar Pranowo 4,7.
Baca Juga:AHY Desak Anies Segera Umumkan Cawapres, Demokrat: Kita Lihat Survei, Anies Bukan yang Terdepan
"Ini adalah salah satu faktor yang membuat Anies tidak mudah untuk berkembang secara elektoral," simpul Saiful terkait studi yang menggunakan data-data Survei Nasional SMRC pada Agustus 2022 lalu.
![PM Malaysia Anwar Ibrahim dan Presiden Jokowi saat berkunjung ke Pasar Chow Kit, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (8/6/2023). [Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden]](https://media.suara.com/suara-partners/metro/thumbs/1200x675/2023/06/09/1-pm-malaysia-anwar-ibrahim-jokowi-anwar-ibrahim.jpg)
Jangka pendek: Jokowi
Sementara faktor jangka pendek yang membuat elektabilitas Anies anjlok adalah kepuasan publik atas kerja Jokowi.
"Evaluasi publik (yang positif) terhadap kinerja Jokowi punya efek negatif terhadap Anies," kata Saiful Mujani.
Dalam studinya SMRC menemukan bahwa di 6 bulan terakhir, kepuasan publik atas kinerja Jokowi melonjak tetapi di saat yang sama elektabilitas Anies merosot tajam.
Elektabilitas Anies sempat melonjak hingga Desember 2022 dan mengalahkan Prabowo Subianto dari Gerindra. Tapi per Mei 2023, menurut survei SMRC, elektabilitas Anies tinggal 19,7 persen, jauh tertinggal dari Prabowo (32,1 persen) dan Ganjar Pranowo dari PDIP (39,2 persen).
Di sisi lain, Indeks Kondisi Ekonomi Indonesia yang sempat anjlok akibat pandemi Covid-19, telah kembali ke normal seperti sebelum pandemi.
Demikian pun dengan Indeks Kinerja Presiden, yang trennya terus naik hingga mencapai puncaknya di 2023. Indeks Kinerja Presiden mencapai angka tertinggi di Mei 2023 (67,2).
Pada 6 bulan pertama 2023, SMRC menemukan korelasi antara elektabilitas Anies dengan Kondisi Ekonomi Nasional berubah menjadi negatif dari positif sebelum 2023.
Sama halnya dengan korelasi antara elektabilitas Anies dengan Kepuasan Publik Atas Kinerja Jokowi, yang nilainya masih positif sebelum 2023 dan merosot jauh menjadi negatif di 2023.
SMRC menyimpulkan Anies dalam kampanye bersama para partai pendukungnya telah mengambil posisi yang salah terhadap Jokowi.
"Jadi positioning Anies terhadap Jokowi salah. Rakyat mencintai kinerja Jokowi," tegas Saiful.
Saiful menduga turunnya elektabilitas Anies di 2023 seiring dengan tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi dipicu oleh semakin terbukanya kampanye mantan Gubernur Jakarta itu, yang disertai oleh kritik terhadap pemerintah.
Koalisi Perubahan yang diusung Anies mengkritik kebijakan-kebijakan Jokowi dan mengatakan akan mengubah pola pembangunan yang selama ini sudah diusung oleh politikus PDIP itu.
"Itu menciptakan persepsi di mata publik bahwa Anies tidak sejalan dengan pemerintah, sementara pemilih pada umumnya sejalan dengan pemerintah. Jadi positioning politik ekonomi (Anies) tidak pas untuk merebut suara pemilih," tutup Saiful.