Menteri Pertahanan (Menahn) Prabowo Subianto kena kritik internasional usai menawarkan proposal perdamaian untuk Ukraina dan Rusia.
Pasalnya sekonyong-konyong, Prabowo mengajukan gagasan referendum dan zona demiliterisasi yang dinilai ide buruk. Atas langkahnya tersebut, Prabowo kena kritik sana-sini.
Langkah diplopasi yang dilakukannya disebut tak lihai dan malah bisa menimbulkan labelisasi pada Indonesia.
"Pemilihan kata atau terminlogi, itu harus haihati kalau kata refenum itu fatal ya," ujar Mantan Ketua Dewan Pengawas (Dewas) Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) Freddy Ndolu seperti yang dikutip dari kanal YouTube Total Politik, Kamis (8/6/2023).
"Itu malah nanti hubungan kalau Prabowo jadi presiden itu sudah ada semacam stigma atau catatan, dan cara penolakan orang Eropa ini kan beda," imbuhnya.
Lebih lanjut, Freddy menyebutkan bahwa mustinya Prabowo belajar berdiplomasi seperti yang dilakukan Presiden Joko Widodo.
"Pak Jokowi itu humble-nya dari awal dari presiden sampai di G7 dia bisa masuk dan hubungan, diterima Putin bisa masuk berdua, sama Zenlinsky, dia bisa kayak ngopi-ngopi aja dulu ini Pak Jokowi punya ilmu," ujar Freddy.
"Saya kira kalau mau punya hubungan diplomasi, orang kayak di G7 ini ingat enggak waktu mau foto toba-tiba semua cari [Jokowi] akhirnya dia datang berdiri di center, itu keren loh cara Pak Jokowi memainkan gertsunya," imbuhnya.
Freddy menyebutkan perlu adanya unggah-ungguh seperti yang Jokowi lakukan di G7 hingga diterima dunia.
Baca Juga:Babak Baru Kasus Eks Kepala Bea Cukai Makassar: Rumah Digeledah, Aset Dibongkar
"Indonesia mau menjadi negara maju musti kadang-kadang pura-pura bego penting juga ya, tapi lama-lama kan dianggap kencang juga ini," kata Freddy.
"Begitu ngomong referendum Timor Timur tuh fatal, ini kalau sama Papua mereka [Eropa] juga may masuk nih soal human right, ini diplomasi Menlu tektok sama Presiden, apa Pak Menhan ke sana apa tidak ada [koordinasi] ini ya," tuturnya.