Eks Anggota Pasukan Khusus Australia yang Dituding Jadi Penjahat Perang di Afghanistan Berlibur di Bali

Roberts-Smith jadi pusat perhatian karena menggugat 3 media Australia - The Age, The Sydney Morning Herald dan The Canberra Times.

Firman Doni
Rabu, 31 Mei 2023 | 18:37 WIB
Eks Anggota Pasukan Khusus Australia yang Dituding Jadi Penjahat Perang di Afghanistan Berlibur di Bali
Ben Roberts-Smith, mantan anggota pasukan khusus Australia menerima penghargaan dari Ratu Elizabeth di London, Inggris. Dituding sebagai penjahat perang di Afghanistan. (AFP)

Ben Roberts-Smith, eks anggota pasukan khusus Australia yang dituding melakukan kejahatan perang di Afghanistan diketahui sedang berlibur di Bali.

Roberts-Smith sedang jadi pusat perhatian di negaranya karena menggugat tiga media besar Australia - The Age, The Sydney Morning Herald dan The Canberra Times - atas tudingan pencemaran nama baik.

Tiga media tersebut pada 2018 lalu menerbitkan berita tentang kejahatan perang yang dilakukan saat masih aktif sebagai anggota pasukan khusus Special Air Service atau SAS Australia di Afghanistan.

Sidang putusan atas gugatan tersebut rencananya akan digelar Kamis (1/5/2023) dan disebut sebagai salah satu kasus pencemaran nama baik terbesar, dengan permintaan ganti rugi jutaan dolar, di Australia.

Nine News Sydney pada Rabu menerbitkan foto Roberts-Smith sedang berjemur di tepi sebuah kolam renang di Bali.

Penjahat perang

Dalam artikel yang diterbitkan tiga media tersebut, Roberts-Smith dituding terlibat dalam pembunuhan 6 tahanan saat bertugas di Afghanistan di periode 2009 - 2012. Para tahanan itu tidak bersenjata saat dibantai oleh Roberts-Smith.

Roberts-Smith telah berkali-kali membantah tudingan melakukan kejahatan perang tersebut.

Seperti dilansir dari BBC, Roberts-Smith disebut pernah melempar seorang petani Afghanistan ke jurang sedalam 10 meter. Petani itu, yang dalam kondisi tangan diborgol, kemudian ditembak mati.

Ia juga dituding menembak seorang pemuda Afghanistan di kepala tanpa sebab yang jelas. Kepada rekan-rekannya, Roberts-Smith mengaku pembunuhan itu adalah "salah satu hal terindah" yang pernah dia lihat.

Roberts-Smith juga dituding pernah mengeksekusi seorang kombatan Taliban yang sudah tertangkap menggunakan senjata mesin. Kaki palsu milik kombatan tersebut diambil, dijadikan tropi dan digunakan sebagai wadah untuk minum.

Konvensi Jenewa, aturan internasional yang mengatur soal peperangan untuk membatasi kebiadaban dalam perang - melarang dilakukannya penyiksaan atau perlakuan kejam terhadap tahanan perang.

Roberts-Smith sendiri dianggap sebagai pahlawan di Australia. Ia menerima sejumlah penghargaan, termasuk Victoria Cross - penghargaan tertinggi dalam militer Australia. Penghargaan itu ia terima karena berhasil menghabisi regu senjata mesin Taliban sendirian.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak