Russia Larang Tentara Pelihara Jenggot, Pemimpin Chechnya Marah Besar: Tak Hormati Muslim

Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menilai kebijakan larangan jenggot tentara Rusia provokatif. Tak menghormati prajurit muslim.

Firman Doni
Jum'at, 20 Januari 2023 | 20:25 WIB
Russia Larang Tentara Pelihara Jenggot, Pemimpin Chechnya Marah Besar: Tak Hormati Muslim
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov memprotes larangan memelihara jenggot untuk tentara Rusia. ((AFP))

Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov marah menanggapi kebijakan Pemerintah Rusia yang melarang tentaranya memelihara jenggot, demikian dilansir dari Reuters, Jumat (20/1/2023).

Kemarahan Kadyrov itu ditumpahkan saat dia menanggapi komentar Viktor Sobolev, seorang pensiunan letnan jenderal militer Rusia yang kini duduk sebagai anggota parlemen.

Dalam wawancara dengan situs berita RBC Sobolev mengatakan bahwa prajurit Rusia yang sedang berperang di Ukraina itu memang harus memangkas habis jenggot sebagai bentuk disiplin.

Selain dilarang memelihara jenggot, tentara Rusia juga dilarang menggunakan ponsel dan tablet pribadi, agar terhindar dari deteksi serta penyadapan militer Ukraina.

"Tampaknya Letnan Jenderal Viktor Sobolev punya banyak waktu luang... dia tidak punya kesibukan sehingga punya waktu untuk membaca tata-tertib militer," tulis Kadyrov di Telegram.

Lebih lanjut Kadyrov juga mengecam Sobolev yang dinilainya tidak menghormati tentara beragama Islam dan menilai komentarnya itu provokatif.

Kadyrov bukan satu-satunya yang memprotes kebijakan ini. Pemimpin tentara bayaran Wagner, kelompok yang berperan besar dalam pertempuran garis depan di Ukraina, Yevgeny Prigozhin juga mengecam aturan ini. Prigozhin menilai menyebut komentar Sobolev itu absurd dan sudah kuno.

Kadyrov dan Prigozhin memang menjadi sorotan di kubu Rusia dalam invasi Moskwa ke Ukraina. Keduanya sering berbeda pendapat dengan para elit militer Rusia.

Sejumlah analis menilai pasukan Kadyrov dan Prigozhin beroperasi di Ukraina dengan lebih bebas ketimbang militer resmi Rusia. Wagner secara khusus menjadi andalan. Tetapi pasukan bayaran itu juga dipandang sinis karena diberi persenjataan yang lebih lengkap.

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak