Scroll untuk membaca artikel
Sabtu, 05 November 2022 | 00:01 WIB

Usung Non Motorized Heritage Trail, Begini Usulan Penataan Kawasan Wisata Sejarah Metro Versi Mahasiswa ITERA

Adi Setyawan
Usung Non Motorized Heritage Trail, Begini Usulan  Penataan Kawasan Wisata Sejarah Metro Versi Mahasiswa ITERA
Rancangan Kawasan Sejarah Kota Metro (Andika)

Metro, Suara.com- Diskursus akademik pengembangan kawasan sejarah di Kota Metro terus menarik perhatian berbagai kalangan.Tidak hanya mereka yang berlatar belakang sejarah atau arkeologi semata tapi juga para penstudi wilayah dan Kota.

Adalah Ahmad Fauzan Andika Harmawan Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITERA Lampung yang melakukan penelitian Konsep Rancangan Kawasan Wisata Sejarah Perkotaan di Kota Metro sebagai tugas akhirnya dibawah bimbingan Fran Sinatra dan Hafi Munirwan. Penelitian ini sendiri dalam waktu dekat akan segera diujikan. 

Ia mencoba membatasi  wilayah penelitiannya di pusat bedeng (sistem permukiman kolonisasi) yang terletak di kelurahan Metro dan Imopuro, Kecamatan Metro Pusat dan Kelurahan Yosorejo Kecamatan Metro Timur sebagai wilayah perancangan kawasan. Hal tersebut mempertimbangkan persebaran bangunan cagar budaya yang terletak di dalam tapak rancangannya tersebut.

Pria yang akrab disapa Andika ini mengusulkan pengembangan kawasan wisata sejarah Metro lewat konsep Non Motorized Heritage Trail. Sebagai pembanding Andika melakukan juga studi komparasi dengan Singapure Heritage Trail,  Intramuros di Filipina dan beberapa kota lainnya di Indonesia.

Baca Juga:Pemkot Metro Ngaji Jurus Sumpah Beruang di Kabupaten Banyumas

Heritage Trails sendiri merupakan sebuah jalur wisata sejarah yang menghubungkan antar cagar budaya di dalam suatu kawasan tertentu yang diharapkanberperan sebagai media dalam menceritakan kisah-kisah dan berbagai pengalaman untuk melestarikan warisan budaya, untuk tujuan pendidikan, pembangunan bangsa, dan pemahaman budaya. 

Non-Motorized Heritage Trail singkatnya adalah konsep wisata mengunjungi banyak tempat wisata bersejarah dengan jarak yang dekat dengan hanya berjalan kaki atau menaiki kendaraan non-motorized,”ungkapnya.

Lewat penelitian ini Andika mengusung misi untuk Pertama, menjadikan Bangunan Cagar Budaya yang ada menjadi ruang publik yang baru namun tetap tidak meninggalkan kegiatan preservasi pada cagar budaya. Kedua mendorong revitalisasi ruang terbuka hijau pada kawasan perancangan untuk menciptakan ruang publik yang menarik dengan karakter Tempoe Doeloe yang dipadukan dengan gaya modern dan kearifan lokal. Ketiga, menciptakan jalan raya beserta koridor jalan dan jalur pejalan kakinya yang mengedepankan kenyamanan bagi para penggunanya.

Andika juga mengusulkan pemanfaatan kembali bangunan cagar budaya yang ada dengan fungsi gedung pertunjukan dengan dilakukan revitalisasi bangunan yang menerapkan konsep adaptive reuse, yaitu renovasi bangunan dengan mempertahankan bangunan aslinya agar dapat menekan pertumbuhan bangunan baru serta menampilkan ikon historis kawasan wisata sejarah.

Terkait penataan kawasan Andika juga merekomendasikan beberapa fasilitas pendukung wisata di kawasan perancangan yang belum memadai. Menurutnya diperlukan langkah untuk  merevitalisasi fasilitas penunjang wisata dan revitalisasi jalur pejalan kaki dan jalur non-motorized yang ada untuk mendukung konsep rancangan.

Ia juga merekomendasikan penataan ruang publik yang sudah ada dan mengembangkan ruang publik baru, menambahkan landmark baru berupa penanda atau instalasi seni untuk menambah citra dan estetika kawasan dan menarik minat pengunjung untuk berkunjung ke kawasan wisata sejarah Kota Metro.

Selain itu terkait pengembangan citra kawasan wisata sejarah Kota Metro dapat menerapkan konsep desain kontemporer yang dipadukan dengan gaya Eropa, gaya Tempoe Doeloe, dan kearifan lokal Budaya Lampung untuk menciptakan sebuah kontras yang unik dan menarik.

Sementara jenis atraksi yang akan dihadirkan pada kawasan wisata sejarah Kota Metro adalah heritage trail. Konsep ini menurutnya dipilih karena menyesuaikan konsep berwisata sejarah di Kota Metro yang berupa walking tour yang dipimpin oleh seorang pemandu.

"Konsep heritage trail yang dipilih adalah non-motorized heritage trail karena lokasi antar cagar budaya hanya berjarak >500 m dan hanya membutuhkan waktu ±5 menit berjalan kaki ataupun bersepeda. Jalur ini juga akan terkoneksi dengan lahan parkir utama, ruang publik dan tempat kuliner,"jelasnya.

Andika menambahkan guna menambah keunikan dan estetika citra kawasan maka penanda yang ada minimal harus ditulis dengan dwi aksara yakni Aksara Latin dan Aksara Lampung yang tidak hanya digunakan untuk penanda nama jalan, tetapi penanda lainnya seperti informasi cagar budaya, tempat wisata, dan/atau banyak lagi.

Terpisah Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Metro, Siti Rogayati Seprita mengapresiasi berbagai kontribusi pemikiran untuk mengembangkan pemanfaatan cagar budaya di Kota Metro.

"Tentunya kami mengapresiasi sumbangan pemikiran dari Andika yang dihasilkan lewat penelitian ini dan akan menjadi bahan pemikiran kami dalam mendorong kemajuan program revitalisasi fasilitas budaya yang ada di Kota Metro,"ujarnya, Jum'at (4/11/2022).

Seprita juga mengatakan keterbatasan anggaran yang dimiliki tidak menjadi penghalang untuk terus mengembangkan kolaborasi dengan berbagai kalangan dalam pengembangan cagar budaya yang ada sebagaimana amanat UU Cagar Budaya itu sendiri.

Menurutnya peran serta berbagai kalangan mulai melahirkan berbagai terobosan dan inovasi dalam mendorong salah satu visi Kota Metro menjadi Kota yang Berbudaya.

"Mudah-mudahan penelitian yang dihasilkan oleh Andika ini juga bisa dibaca juga oleh para pengambil kebijakan di Kota Metro,"pungkasnya.

Berita Terkait

Tag

terpopuler

Olahraga

Terkini

Loading...
Load More
Ikuti Kami

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda